Peras Kotoran Sapi, Mbah Sudi Sembuhkan Kerasukan Jombor - MediaRakyat19. com

Breaking

Rabu, 29 November 2017

Peras Kotoran Sapi, Mbah Sudi Sembuhkan Kerasukan Jombor



Peta Jombor
Peta Dusun Jombor, Sinduadi Mlati Sleman, Yk.


Sleman (Mediarakyat.co.id) - Cerita asal mula Dusun Jombor Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta ini diceritakan oleh Mbah Paiman yang berusia 75 tahun. Beliau merupakan tokoh masyarakat di Dusun Jombor. Informasi ini saya peroleh dengan wawancara pada hari Selasa, 29 September 2015. Dengan wawancara yang dilakukan di rumah Mbah Paiman, saya memperoleh hasil data seputar Dusun Jombor.


Dahulu pada masa penjajahan kolonial, dibangunlah sebuah bendungan. Bendungan ini amat besar. Karena bendungan tersebut, daerah Jombor terkenal dengan daerahnya yang loh jinawi, tempat yang sangat Loh (subur) dan kala itu mereka menyebut dengan nama Jombok yang kini disebut Jombor.


Dusun Jombor pada mulanya terbagi menjadi beberapa nama yakni, Gelagah Wangi, Gelagah Indah, Gumuk, Kredu, dan Ngledok. Setiap nama daerahnya memiliki filosofi tersendiri. Pertama, Gelagah Wangi yang kini disebut Jombor Tegal. Bagian ini dinamai demikian karena tempat itu, dikelilingi tanaman tebu yang amat banyak. Bunga dari tanaman tebu diberi nama gelagah. Jika tanaman tebu ini sudah mulai berbunga, maka akan terlihat indah apabila tertiup angin. Bunga ini berlenggok-lenggok bak ombak di pantai. Apalagi di Dusun Jombor terdapat banyak pohon serut yang selalu menyebarkan bau wangi.


Kedua, Gelagah Indah. Gelagah Indah ini merupakan nama bagian Dusun yang berada tepat disebelah Gelagah Wangi. Timbul nama ini karena ketika menjelang sore tiba disetiap musim panen padi, masyarakat yang berada di sawah sangat merasa senang. Mereka selalu menghabiskan waktu letih di gubuk-gubuk yang berada di sawah sembari memandangi benih padi yang telah menguning serta tersorot sinar senja. Bagi mereka, inilah keindahan yang dapat dinikmati secara gratis. Kini, daerah ini disebut Jombor Baru.


Ketiga, Gumuk, tempat ini berada di bagian selatan Dusun. Tempat ini dahulu merupakan gunggungan pasir yang bertumpuk dan berderet di area itu. Sekarang tempat ini disebut Jombor Kidul. Berikutnya ialah Kredu. Kredu yang sekarang bernama Jombor Wetan ini, merupakan nama wilayah yang diambil karena daerah itu berdekatan dengan sebuah kredu (nama pos pantau penjaga troli atau kereta pengangkut tebu).


Terakhir adalah Ngledok. Ngledok merupakan salah satu nama wilayah Dusun Jombor yang kini bernama Jombor Lor. Ketika tentara Belanda hendak masuk ke daerah keraton, mereka menggunakan jembatan jombor sebagai akses jalan. Hal itu diketahui oleh para pejuang Indonesia. Dengan bergegas rakyat Jogja mengebom jembatan itu. Tentara Belanda yang terlanjur dekat dengan jembatan kemudian menggali daerah Utara Jombor sampai cekung sebagai jalan. Letak daerahnya yang menjadi paling rendah dan berdekatan dengan sungai lah yang membuat daerah ini dahulunya oleh masyarakat disebut Ngledok. Jombor Lor sendiri memiliki sebuah sungai yang mempunyai dua bagian dalam satu aliran. Bagian atas di sebut sungai Jambe karena terdapat banyak pohon jambe di daerah situ. Kemudian yang ke dua disebut sungai bayam. Hal ini karena tanah di bagian ini sangat subur dan sering ditumbuhi tanaman sayur bayam dengan sendirinya.


Dusun Jombor memiliki beberapa upacara adat yang sering dilakukan. Diantaranya, derep mbah lurah (ibu-ibu membawa deleg (lele) dari rumah mbah lurah). Acara adat ini biasa dilakukan ketika musim hujan tiba. Kala itu, terdapat sebuah galengan (jalan air dari sungai kesawah-sawah) yang apabila hujan maka airnya akan meluap dan membawa ikan-ikan terutama ikan lele dari sungai. Para ibu-ibu dengan suka cita menangkap ikan itu. Setelah itu, hasil tangkapan tersebut dibawa bersama-sama ke rumah mbah lurah. Di sana, para ibu-ibu bersama mbah lurah mendoakan hasil tangkapan itu supaya terhindar dari mala petaka. Selanjutnya, ikan lele dibawa pulang dan dimasak oleh ibu-ibu


Kedua, upacara wiwitan. Upacara adat ini terjadi ketika musim panen padi tiba. Masyarakat berbondong-bondong pergi ke sawah membwa bermacam masakan seperti, ingkung, nasi gurih, rempeyek, dan lain sebagainya. Setelahsemua berkumpul, lalu diadakan doa yang di pimpin oleh seorang rois, kemudian dimakan beramai-ramai. Terakhir ada wayangan. Acara ini sering dilakukan oleh masyarakat Jombor setelah panen padi usai. Hal ini sebagai wujud rasa sukur.


Selain memiliki upacara adat, masyarakat jombor juga mengenal berbagai macam permainan anak. Seperti permainan bentik, lepetan, teng kraton, sluku-sluku batok, go back sodur, jetungan, gateng, tomprang, lancuk, dan dakon.




Disetiap waktu, masyarakat selalu membuat alunan lagu yang beragam. Liriknya disesuaikan dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Kata-kata yang tertuang dalam liriknya hanya sebatas rangkaian kata kebahagiaan yang seirama. Misalnya, dalam lagu berjudul “Tembang Ing Jaman Seger Gemah Ripah Loh Jinawi” berikut.


“Anjejer neng oro-oro pinggir hargo

Dodo kroso lego

Seger ayem nyerep dowo

Howo resek gawe bagas marang raga

Sesawangan bablas terus teng kadoan

Ati gung kepranan

Ngawasake pasawahan

Pari kuning selang-seling ing padusun

Padusunne pateng grembel

Teh tritrene pijer ngawe awe

Wit krambil tawa degane

Banyu degan diombe neng ngisor kene”
Jombor Malam Hari
Pemandangan Jombor di Malam Hari

Masyarakat Jombor juga sangat kreatif. Untuk menunjukan jalan agar mudah dihafal, mereka membuat kalimatnya agar bermakna dalam sebuah lagu. Mereka mengambil sebuah jenis tembang Jawa. Tembang pucung misalnya. Tembang yang diberi judul “Pituduh Papan” ini menggambarkan sebuah arah tempat, liriknya sebagai berikut.


“Bapak pucung

Pasar Mlati kidul Denggung

Kricak lor negara

Pasar Gede lor ing loci

Menggok Ngetan 

Keblandang ing Gondomanan”


Arti dari tembang tersebut adalah petunjuk arah. Letak pasar Mlati ada di Selatan Dusun Denggung. Kricak berada di Utara Keraton. Pasar Gede di sebelah Utara Loci (pos pantau kereta tebu). Jika kita menggok ke Timur akan sampai menuju Gondomanan.


Jombor juga memiliki banyak cerita mistis. Kejadian mistis yang kerap terjadi, membuat masyarakat membuat beragam tolak balak. Jika ada orang sakit, mereka akan dinyanyikan lagu dandhang gulo. Jombor yang kala itu disebut sebagai Dusun setan karena daerahnya yang cukup angker, membuat beberapa hal mistis kerap terjadi. Hal itu karena Jombor juga dijadikan sebagai penjara orang-orang yang dipaksa kerja rodi membangun rel kereta Jogja-Magelang. Terdapat pula banyak pohon serut yang disukai oleh makhluk halus. Ketika terdapat orang kerasukan, ada beberapa hal yang kerap dilakukan oleh masyarakat diantaranya, menghaluskan menyan lalu di makan oleh orang tersebut, memeras kotoran sapi untuk diminumkan pada orang tersebut, dan memanggil orang pintar. Tokoh terkenal kala itu bernama Mbah Sudi Bagong.


Dahulu, banyak masyarakat yang tidur masih dilantai hanya beralaskan tenunan daun. Ketika ada bayi menangis dimalam hari ketika ditidurkan di lantai, maka dipercaya ada orang jahat yang telah menaburkan tanah makam pada atap rumah orang tersebut dengan tujuan jahat. Anak itu akan menangis sepanjang malam, namun jika bayi tersebut kalah dalam dunia gaib tersebut, bayi itu akan diam saja. Biasanya pada saat terjadi seperti itu, maka sang ibu akan langsung mencopot semua baju dan berlari memutari rumah sambil membawa sapu lidi dan sang bapak berada dalam rumah untuk menjaga anak. Hal itu dilakukan karena dahulu, orang laki-laki takut dengan perempuan yang telanjang bulat, sapu lidi disebut tumbak sewu, karena jumlahnya yang banyak dan lancip, jika di tusukan pada orang yang dikejar dapat membuat buta dan terluka.


Penjaga keamanan di Dusun ini harus terdiri minimal 3 orang, karena ketika mereka kimpleng (beronda) jika hanya satu orang jika terjadi sesuatu akan menjadi batang lelaku ( mati tanpa ada yang tau), batang kekentang ( terdiri dari dua orang jika yang satu mati, yang satu hanya bisa menemani dan akan menjadi tersangka jika pembunuh sebenarnya tidak ditemukan), batang krumat( jika satu mati, teman yang lain sebagai penjaga jenasah dan satunya melapor ke masyarakat setempat).


Bentuk Desain rumah yang kala itu di buat yakni mbubur (lubang dibawah pondasi) dan diberi sigup (pring lancip). Hal itu untuk mengantisipasi jika ada maling. Tanda-tanda yang kerap muncul kala itu ialah; Suara bence (anak katak) yang menandakan ada orang di luar rumah, tekak ada orang diluar rumah yang ingin berniat buruk, kute (hewan pemakan kotoran) menandakan ada orang di luar rumah yang hendak maling.


Dusun Jombor juga memiliki masakan khas masyarakat. Makanan khas yang selalu dikonsumsi masyarakat adalah dari ketela. Masyarakat selalu membuat masakan dari ketela yang dibuat menjadi bermacam-macam jenis masakan. Misalnya, ndog gludog, srawut (nasi dari ketela), gethuk, tiwul, gatot, dan lain sebagainya. Jaman dahulu, makanan ini sangat mewah. Bahkan sumber dari masakan ini yaitu ketela, sering menjadi incaran para maling. Maling kala itu tidak seperti sekarang. Sekarang maling tidak hanya sekedar mencuri barang-barang hanya untuk makan. Bahkan tak segan-segan melukai dan membunuh korbannya hanya untuk berfoya-foya, mabuk, dan membeli narkoba.

Terminal Jombbor
Terminal Jombor

Kini jombor menjadi sebuah Dusun pinggir kota. Semakin padat dan terbelah riuh jalan raya dan terminal bus (Terminal Jombor). Namun, tetap indah dengan hadirnya Monjali (Monumen Jogja Kembali) dan jembatan layang yang memiliki sebuah underpass cantik. Ornamennnya tetap menyesuaikan dengan ciri khas Jogja. Lampu malamnya mempercantik pemandangan. (NMD)


Underpass Jombor
Keindahan Underpass Jombor di Malam Hari