Seorang Wanita Hampir Mati Berdiri Karena Gundul - MediaRakyat19. com

Breaking

Sabtu, 09 Desember 2017

Seorang Wanita Hampir Mati Berdiri Karena Gundul


Ilustrasi gundul
Ilustrasi Gundul

Sleman (Mediarakyat.co.id) - Gundul (Alias MR) warga Jombor Lor RT/RW 006/020 Sinduadi Mlati Sleman, Yogyakarta adalah seorang anak yang sangat ulung. Perilaku nakalnya mampu membuat kesal warga kampung. Pasalnya, dia selalu mencuri dan tak pernah jera. Ada saja akal untuk memuluskan niatnya. 

Semua masjid di kampung dan desa sebelah, tak luput dari incaran. Akalnya tak berhenti di situ. Gundul juga gemar mengambil beras dan uang jimpitan. Ia sering mengajak teman sebayanya untuk melakukan hal yang sama. Hasilnya sering mereka gunakan untuk jajan. Warga yang mengetahui hal ini merasa kesal anak-anaknya ikut nakal. Akibatnya, warga memutuskan untuk tidak lagi memasang jimpitan baik uang maupun beras. Warga juga kerap mendatangi rumah si Gundul meminta pertanggung jawaban dan tidak mengajak anak-anak yang lain mengikuti aksinya.

Tak berhenti disitu. Gundul sering memasuki rumah warga untuk mengambil sesuatu yang diluar nalar. Bukan barang berharga atau uang yang banyak. Ia hanya mengambil beberapa barang dan uang yang dikiranya tidak ketahuan. Caranya memasuki rumah pun sangat ekstrim. Ia memanjat atap dengan alat seadanya. Kemudian Gundul membuka satu persatu atap dan ternit sehingga dapat masuk kedalam lewat celah usuk. 

Tangan jailnya tidak hanya berlaku pada orang lain. Semua orang merupakan mangsanya. Uang ataupun barang milik saudara dekat maupun jauh bakal jadi korban apabila lengah sedikit saja. Hal ini mulai diketahui terjadi sejak usianya TK. Sungguh luar biasa tingkahnya. 

Gundul pun pernah membuat seorang wanita hampir mati berdiri. Seorang perempuan muda itu berjalan pulang usai solat tarawih. Ia melihat sebuah sosok yang abu-abu. Besar meringkuk tak wujud jelas. Dengan gemetar perempuan itu menghampiri. Kondisi gelap di tengah desa membuatya was-was. Ditambah berita yang sedang hangat mengenai begal dan pembunuhan. 
Betapa hebat detak jantung dan jeritan perempuan itu. Dikoyak-koyak apa yang ia lihat. Tak bangun dan tak bergerak sedikitpun. Dibukalah krukupan itu. Rupanya seorang manusia. Lantas di amati wajah orang itu sambil terus teriak minta tolong. Rupanya itu si Gundul. Setelah warga berdatangan ke lokasi, Gundul dengan santainya bangun dengan menjinjing selimutnya berjalan pulang. Tanpa rasa malu atau kaget seperti tak menghiraukan apa yang terjadi walau ia sudah bangun. Beberapa kali diketahui, Gundul sering tidur secara asal di jalan karena ia merasa aspal maupun jalan lain adalah kasur baginya. Lebih nyaman dari pada tidur di rumah. 


Lantaran kenakalannya yang tak habis, bocah ini sering dibawa ke kantor polisi. Hal ini tidak memberi efek yang lama. Sepulang dari kantor polisi memang dia akan menjadi anak yang penurut dan diam di rumah. Namun, Satu dua hari setelahnya ia kambuh lagi. Mulai keluar rumah, main tak izin hingga ke daerah yang jauh. Sampai-sampai ibu dan anggota keluarga yang lain turut menyusuri jalan mencari keberadaannya.

Kenakalannya ini lambat laun diketahui tidak hanya efek dari ketidak harmonisan orang tuanya. Tindakannya dipengaruhi lantaran pukulan dibagian kepala samping tepatnya dias telinga oleh saudara dan orang di jalanan. Pukulan yang diterima pada bagian tersebut membuat bagian otak yang bernama amygdala mengalami cidera. Efek panjang dari cidera yang dialami adalah gangguan kerusakan jaringan otak. Akibatnya anak menjadi tidak kontrol emosi dan logika. 

Salah satu contohnya adalah ketika Gundul di pukul atau jatuh, ia tidak akan merasakan sakit yang lama. Awalnya ia akan menangis. Tak lama berselang tangisannya akan berganti tawa. Begitu pula ketika ia hendak dimarahi orang. Dia akan menangis dengan keras seakan telah di pukuli. Namun disela itu Gundul akan tertawa. 

Disela kekesalan masyarakat sekitar, rasa iba tentu saja ada. Terkadang banyak orang yang berusaha baik padanya. Akan tetapi di manfaatkan untuk dia mencuri atau melakukan hal yang lainnya. Sehingga lama kelamaan masyarakat menjadi malas untuk berbaik hati. Dibiarkan anak itu selagi tidak meresahkan. 

Ibu dan neneknya pun sangat mendukung kenakalannya. Ini yang dikhawatirkan akan menimbulkan efek lain pada kenakalannya yang akan berubah menjadi kriminalitas. Warga kerap menasehati namun seolah tak menjadi hati walau tindakan Gundul menimpa mereka sendiri. Sekolah, penjara, maupun pondok sudah tidak lagi mempan untuk menanganinya. (NMD)