*Salam Jawara Dari Ranca Bangu Untuk Sekolah Air Hujan Banyu Bening*
Sleman MediaRakyat19.com. Hujan yang dikirim dari langit tak jarang diumpat orang. Betapa banyak sekali orang tidak mau bersyukur. Tanpa air manusia tak bisa hidup. Bencana yang diakibatkan Air itu karena tak benar cara pengelolaannya. Air hujan ternyata luar biasa manfaatnya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kesadaran akan hal tersebut yang membuat banyak tamu berdatangan ke rumah Yu Ning sapaan akrab Sri Wahyuningsih, pemilik Sekolah Air Hujan Banyu Bening.
Kunjungan silih berganti dari berbagai wilayah. Seperti Minggu 6/7/2023 kedatangan tamu dari Bum Des Desa Ranca Bangu Kecamatan Patok Beusi Kabupaten Subang.
Kepala Desa Ranca Bangu Haji Razam Suherman yang Kades terpilih sejak 2019 mengajak perangkat desa, RT, RW dan Ketua PKK nya sebanyak 20 orang dan perwakilan dari warganya juga. Total sekitar 80 orang. Jauh-jauh datang untuk mengetahui dan belajar mengolah air hujan yang langsung dapat diminum tanpa dimasak namun segar dan sehat.
Namun saat kunjungan BUMDes Ranca Bangu tidak ketemu Yu Ning dan disambut oleh Kamaludin (Suami Yu Ning) karena Yu Ning tidak berada dilokasi, bersamaan dengan tugas ditempat lain. Tamu disuguhi tarian Terang Bulan
Sambutan dilakukan oleh Cahyo Bunanto, Direktur BUMKal Urip Sumoharjo, yang juga sebagai Narasumber.
Lalu Paparan dari Banyu Bening dan dilanjutkan tanya jawab.
Sepulang kunjungan dari Sleman Haji Razam akan merealisasikan ilmu dari Sekolah Air Hujan. Rasa ketertarikan untuk mengolah air hujan menjadi air siap konsumsi membuatnya ingin berkunjung kembali untuk mengetahui dalam lagi.
Sekolah Air Hujan Banyu Bening yang dipimpin oleh Sri Wahyuningsih, diresmikan 9/9/20l9 merupakan satu-satunya sekolah informal di Indonesia.
Sebagai rasa syukur karena air hujan merupakan berkah yang harus disyukuri. Untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap air hujan yang selama ini dianggap identik dengan penyakit dan bencana, komunitas Banyu Bening melakukan kenduri Air Hujan setiap tahunnya.
Kenduri Air hujan juga untuk memotivasi masyarakat dalam mewujutkan kemandirian air bersih tanpa mengeluarkan biaya. Mengenal lebih dekat faedah air hujan, hingga dapat dijadikan air layak minum sehari-hari.
Sekolah tersebut berlokasi di Dusun Tempursari, RT 02 RW 027 Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Murid-murid sekolahnya dari umum segala lapisan masyarakat dan tanpa batasan umur. Hanya cara penyampaian pelajaran disesuaikan dengan umur, serta latar belakang. Namun tujuannya sama, kemandirian air untuk semua. dan tanpa dipungut biaya seperserpun.
Air hujan dapat memenuhi kebutuhan air sehari-hari selain untuk mandi cuci dan bersih-bersih lainnya juga untuk masak dan minum. Namun cara menampung nya harus secara benar, tidak asal-asalan. Cara menampung air hujan bisa dengan gama rain filter, tabung yang berukuran besar bisa menampung l000 liter air. Biayanya pun besar pula. Namun tidak harus dengan cara ini. Bisa secara manual selain lebih murah juga mudah, namun harus menggunakan wadah yang bersih.
Meski begitu harus menunggu sekitar 20 menitan untuk bisa dikonsumsi agar kotoran yang didalamnya mengendap.
Sepulang kunjungan dari Sleman Haji Razam akan merealisasikan ilmu dari Sekolah Air Hujan. Rasa ketertarikan untuk mengolah air hujan menjadi air siap konsumsi membuatnya ingin berkunjung kembali untuk mengetahui dalam lagi.
Sekolah Air Hujan Banyu Bening yang dipimpin oleh Sri Wahyuningsih, diresmikan 9/9/20l9 merupakan satu-satunya sekolah informal di Indonesia.
Sebagai rasa syukur karena air hujan merupakan berkah yang harus disyukuri. Untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap air hujan yang selama ini dianggap identik dengan penyakit dan bencana, komunitas Banyu Bening melakukan kenduri Air Hujan setiap tahunnya.
Kenduri Air hujan juga untuk memotivasi masyarakat dalam mewujutkan kemandirian air bersih tanpa mengeluarkan biaya. Mengenal lebih dekat faedah air hujan, hingga dapat dijadikan air layak minum sehari-hari.
Sekolah tersebut berlokasi di Dusun Tempursari, RT 02 RW 027 Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Murid-murid sekolahnya dari umum segala lapisan masyarakat dan tanpa batasan umur. Hanya cara penyampaian pelajaran disesuaikan dengan umur, serta latar belakang. Namun tujuannya sama, kemandirian air untuk semua. dan tanpa dipungut biaya seperserpun.
Jam 13.00 Rombongan tamu dari Ranca Bangu berkaitan dengan salam Jawara nya yang penuh semangat. (Ali, Riyana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar