Kearifan Lokal Dalam Pengolahan Air Hujan di Sekolah Banyu Bening - MediaRakyat19. com

Breaking

Sabtu, 22 Februari 2025

Kearifan Lokal Dalam Pengolahan Air Hujan di Sekolah Banyu Bening

 Kearifan Lokal Dalam Pengolahan Air Hujan di Sekolah Banyu Bening 

Media Rakyat 19. Com 

Sleman, 22 Februari 2025 – Sekolah Air Hujan Banyu Bening kembali mengadakan Sekolah Sabtu, sebuah program rutin yang kali ini menghadirkan diskusi mendalam tentang pentingnya pengelolaan air hujan dalam perspektif budaya, lingkungan, dan pembangunan manusia. Bertempat di Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, acara ini dihadiri oleh berbagai peserta dengan antusiasme tinggi, menciptakan suasana diskusi yang interaktif dan penuh wawasan.  


Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai bentuk penghormatan sebelum memasuki sesi diskusi utama. Menariknya, kegiatan kali ini menjadi semakin istimewa karena menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang berbeda, yang masing-masing memberikan perspektif unik mengenai air sebagai elemen penting dalam kehidupan.  

Kearifan Lokal dalam Merawat Air

Narasumber pertama, Theresiana Ani Larasati, S.Psi., M.Psi., Pamong Budaya Ahli Madya dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, menyoroti bagaimana masyarakat Jawa memiliki kearifan lokal dalam merawat air, yang disebut dengan istilah merumati. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa sejak zaman dahulu, air tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan biologis tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan budaya yang dalam.  


Theresiana juga membahas bagaimana air dalam budaya Jawa sering dikaitkan dengan Tirta Amerta, air suci yang menjadi simbol kehidupan dan kesuburan. Ia mencontohkan tradisi siraman dalam upacara mitoni dan pernikahan sebagai salah satu wujud penghormatan terhadap air. Selain itu, ia mengangkat pentingnya tradisi kenduri banyu udan yang telah berlangsung selama 10 tahun di komunitas Banyu Bening sebagai upaya untuk menjaga kesadaran kolektif masyarakat terhadap manfaat air hujan.  

Sampah dan Krisis Air: Tantangan Masa Kini

Persoalan air tidak bisa dilepaskan dari isu lingkungan. Darmo, S.Hut., M.T., Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Madya dari Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa, menyoroti bagaimana kondisi lingkungan saat ini semakin menantang, terutama akibat meningkatnya pencemaran dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah.  


Darmo mengingatkan bahwa pada 21 Februari, masyarakat Indonesia memperingati Hari Peduli Sampah Nasional sebagai bentuk refleksi terhadap tragedi longsor TPA Leuwigajah tahun 2005. Ia menekankan pentingnya membangun masyarakat sadar lingkungan (masdarling), dengan dua prinsip utama:  sadar olah sampah dan sadar konservasi.  

Dalam paparannya, ia mengajak peserta untuk mulai memilah sampah, menggunakan kembali barang yang masih layak, serta menerapkan konsep Reduce, Reuse, Recycle (3R) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Darmo juga menyoroti perlunya teknologi pengolahan sampah yang lebih baik, seperti penggunaan biopori dan komposter untuk mengurangi sampah organik yang terbuang sia-sia.  


Kaitan Air dengan Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Narasumber terakhir, Dr. KRT Akhir Lusono, S.Sn., M.M., CHRMP., seorang akademisi dan doktor di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, mengangkat perspektif yang lebih luas tentang bagaimana pengelolaan air hujan berkontribusi pada penguatan sumber daya manusia.  

Ia menyoroti bagaimana air, sebagai sumber daya utama, dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga produktivitas ekonomi. Menurutnya, keberlanjutan lingkungan tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber daya yang ada.  


Diskusi semakin menarik saat peserta mengajukan berbagai pertanyaan seputar keterkaitan budaya, lingkungan, dan aspek sosial dalam pengelolaan air hujan. Beberapa peserta juga berbagi pengalaman mereka dalam menerapkan teknologi sederhana untuk mengelola air hujan dan mengurangi dampak limbah domestik terhadap lingkungan.  


Acara yang berlangsung hingga siang hari ini ditutup dengan ajakan kepada seluruh peserta untuk terus berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Para narasumber sepakat bahwa upaya menjaga air hujan bukan hanya tugas individu, tetapi memerlukan sinergi antara masyarakat, komunitas, dan pemerintah.  


Diskusi ini juga disiarkan secara langsung melalui media sosial agar lebih banyak masyarakat dapat ikut belajar dan mengambil manfaat dari pembahasan ini. Dengan semangat kolaborasi, diharapkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan air hujan dapat semakin meningkat, sehingga dapat menjadi bagian dari gaya hidup berkelanjutan di masa depan.( Kontributor Ainaya Nurfadila  ) Awak Media Inung Ali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar