Dusun Pete Gelar Sarasehan bertajuk "Roadshow Kesejarahan" dan Sejarah Nama Slokan Mataram dilanjutkan Pentas Ketoprak
Dalam acara ini, Djalmo, menerangkan bahwa pada acara sarasehan ini menghadirkan Yulianto Ibrahim sebagai pakar Ahli Sejarah dari Universitas Gadjah Mada , Benni Sudjendro (Mantan Carik Desa Margodadi) dan Sukaryanto Kepala Dukuh setempat dengan moderator Ibnu Sutopo.
Selanjutnya Yulianto menjelaskan yang berkaitan dengan nama "Slokan Mataram" pihaknya menjelaskan bahwa "saat bangsa Jepang masuk ke Indonesia dengan tujuan untuk menguasai sumber daya alam (SDA) sumber daya ekonomi (SDE) dan sumber daya manusia (SDM) yang berada di Kalimantan hasilnya untuk membangun benteng tentara Jepang dalam menghadapi perang Asia Timur. Saat itu Raja Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat (Sri Sultan HB IX) dengan cepat memahami gerak gerik Jepang yang nantinya akan memaksa pria maupun wanita tua maupun muda untuk mengikuti kerja paksa atau kerja rodi ke lain pulau lain (Romusa). Dengan kondisi yang demikian untuk menyelamatkan dan melindungi masyarakatnya Paduka Sri Sultan HB IX mengusulkan kepada tentara Jepang agar jangan sampai rakyatnya diikutsertakan kerja rodi ke luar Yogyakarya, karena masyarakat Ngayogyokarto membutuhkan tenaya untuk membangun saluran irigasi (selokan mataram) yang berfungsi mengairi lahan pertanian yang juga untuk menyediakan bahan pangan tentara Jepang yang sekaligus sebagai bagian dari pertahanan", jelas Yulianto.
Dalam hal ini, Sukaryanto, menambahkan bahwa keberadaan Slokan Mataram menurutnya dibangun antara tahun 1942 sampai tahun 1944 dengan panjang 30,8 Km. yang menghubungkan Kali Progo lewat bendungan Karangtalun sampai Kali Opak di kawasan Prambanan (Sleman) aliran airnya mampu mengairi lahan l.k. 15 ribu ha. sawah. Slokan Mataram ini oleh orang Jepang disebutnya Gunsei Hasuiro atau Gunsei Yasuiro, demikian tambah Sukaryanto.
Adapun pertujukan Kethoprak yang menggambarkan saat penjajahan Jepang sangat diminati oleh masyarakat setempat mendapat apresiasi yang sangat antusias dari Perwakilan Dinas Kebudayaan DIY pihaknya menuturkan bahwa melalui pertunjukan Kethoprak kita berusaha mensosialisasikan, menarasikan kembali peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dimasa lampau, tidak hanya mengenai hari penegakan kedaulatan negara, tapi juga hari keistimewaan DIY dan Jogja kembali, tuturnya. (bidin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar