Komunitas Sekolah Air Hujan Yogyakarta Mengabdi dan Sinergi bersama Sekolah Banyu Bening. - MediaRakyat19. com

Breaking

Minggu, 25 Mei 2025

Komunitas Sekolah Air Hujan Yogyakarta Mengabdi dan Sinergi bersama Sekolah Banyu Bening.

 Komunitas Sekolah Air Hujan Yogyakarta Mengabdi dan Sinergi  bersama Sekolah Banyu  Bening.

Sleman Media Rakyat 19. Com  Sekolah Air Hujan Banyu Bening yang berlokasi di Tempursari, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, kembali menggelar kegiatan Sekolah Sabtu. Na


mun, ada yang berbeda dari biasanya. Kali ini, kegiatan tersebut dihadiri oleh komunitas **Yogyakarta Mengabdi**,sebuah komunitas mahasiswa dari berbagai kampus dan daerah yang memiliki visi meningkatkan kualitas mahasiswa dan masyarakat demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.


Mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini berasal dari beragam daerah seperti Banyumas, Cirebon, Boyolali, Magelang, Purwokerto, Brebes, Klaten, dan Kepulauan Riau, serta mewakili berbagai kampus di Yogyakarta seperti UII, UPN, UT, UIN Sunan Kalijaga, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Politeknik Pembangunan Pertanian, hingga Universitas Tidar.

Acara diawali dengan samb


utan hangat dari Muhni, perwakilan dari Universitas Mercubuana. Ia menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh peserta dan pihak Sekolah Banyu Bening. Muhni berharap kegiatan ini dapat diikuti dengan khidmat dan membawa manfaat yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seruan semangat khas komunitas pun dilantunkan: *“Yogyakarta Mengabdi, Bergerak Bersama, Berdampak!”*


Amala, selaku ketua pelaksana, juga memberikan sambutan. Ia mengucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan mahasiswa dan berharap materi yang disampaikan dapat menginspirasi serta diaplikasikan dalam kehidupan masing-masing.

Materi utama disampaikan oleh Ibu Sri Wahyuningsih, yang akrab di sapa dengan Bu Ning, dari Sekolah Banyu Bening dengan pendekatan sederhana agar mudah dipahami. Ia mengajak mahasiswa berpikir kritis tentang air hujan, mematahkan mitos bahwa air hujan itu kotor. Melalui diskusi interaktif, mahasiswa diajak membandingkan air hujan, air tanah, dan air sungai dari segi kebersihan dan sumber polusi. Salah satu mahasiswa dari komunitas, Kak Risma, menyampaikan bahwa air hujan sering kali dianggap sia-sia, padahal memiliki banyak potensi manfaat.


Praktik langsung juga dilakukan, seperti pengecekan kualitas air minum dari berbagai sumber dan simulasi penyaringan air hujan. Bu Ning juga menjelaskan **konsep 5M**: *Menampung, Mengolah, Minum, Menabung, dan Mandiri*. Mahasiswa pun diajak menantang diri dengan mencicipi air hujan, membandingkan rasa, daya tahan, dan manfaatnya. Berbagai kesan muncul, mulai dari rasa segar, adem, hingga ketertarikan untuk membawa konsep Sekolah Air Hujan ini ke program KKN mereka.

Secara filosofis, Bu Ning menekankan bahwa air hujan adalah anugerah yang tidak berbayar, berbeda dengan air komersial yang justru sering disalahgunakan. Ia juga menyitir ayat suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa air hujan diturunkan sebagai berkah untuk dikonsumsi manusia. Tak lupa, konflik sosial akibat eksploitasi air tanah juga dibahas sebagai tantangan yang harus diatasi bersama.


Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat dari Komunitas Yogyakarta Mengabdi dan kuis interaktif untuk mengingatkan kembali materi yang telah disampaikan. Para peserta menyampaikan kesan yang sangat positif—banyak yang sebelumnya tidak menyadari manfaat air hujan kini justru ingin menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.

Sebagai penutup, semangat dari Sekolah Air Hujan kembali digaungkan.Sekolah Air Hujan Berkah Berkah Berkah.Ngombe  Banyu udan Ben ora edan.

Kontributor .Ainaya Nurfadila. ( Awak Media Inung Ali.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar