SMKN.5 Yogyakarta.adakan Seminar Membentuk Generasi Unggul dari Kemurnian Air Hujan. - MediaRakyat19. com

Breaking

Kamis, 06 Maret 2025

SMKN.5 Yogyakarta.adakan Seminar Membentuk Generasi Unggul dari Kemurnian Air Hujan.

 SMKN.5 Yogyakarta.adakan Seminar Membentuk Generasi  Unggul dari Kemurnian Air Hujan.

Yogyakarta, Media Rakyat 19. Com .5  Maret 2025 – SMKN 5 Yogyakarta menggelar seminar bertajuk *"Membentuk Generasi Unggul dari Kemurnian Air Hujan"* di Ruang Pertemuan 2 sekolah tersebut. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, serta mendukung program pengembangan Adiwiyata.  

Acara dibuka oleh MC dan dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah itu, para peserta menyanyikan lagu kebangsaan *Indonesia Raya* sebagai bentuk penghormatan terhadap tanah airomite*  

Kepala SMKN 5 Yogyakarta dalam sambutannya menyampaikan harapan agar sekolah dapat segera mengaplikasikan konsep pemanfaatan air hujan. Sementara itu, Ketua Komite Sekolah menekankan pentingnya setiap jurusan memiliki Instalasi Pengolahan Air Hujan (IPAH) dengan dukungan penuh dari para pengajar. Acara ini juga menjadi momen pertama bagi para guru untuk melakukan pengecekan kualitas air sumur yang mereka bawa dari rumah masing-masing.  


Sebelumnya, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, dan beberapa guru SMKN 5 Yogyakarta telah berkunjung ke Sekolah Air Hujan Banyu Bening pada 20 Februari 2025, untuk mempelajari lebih dalam tentang pemanfaatan air hujan. Kunjungan tersebut memberikan wawasan baru mengenai teknik pengelolaan air hujan yang efisien, sehingga akhirnya mereka mengundang Bu Ning sebagai pembicara dalam seminar ini agar ilmu yang didapat bisa dibagikan kepada lebih banyak orang di lingkungan sekolah.  

Sesi berikutnya membahas ayat-ayat Al-Qur'an yang menyoroti keberkahan dan manfaat air hujan bagi kehidupan. Hal ini menegaskan bahwa air merupakan sumber kehidupan yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijak.  

 

Ibu Sri Wahyuningsih, yang akrab disapa Bu Ning, menjelaskan alasan mengapa air hujan menjadi pilihan penting dalam menghadapi krisis air. Beliau menyoroti dampak perubahan iklim yang menyebabkan keterbatasan air di berbagai daerah, termasuk contoh nyata warga yang harus menunggu hingga empat jam untuk mendapatkan air.  


Bu Ning juga membagikan kisah Pak Sutarno, seorang guru yang selama 10 tahun mengonsumsi air hujan tanpa masalah kesehatan. Namun, setelah berpindah tempat tinggal dan menggunakan air sumur, kebutuhan airnya meningkat drastis hingga 3.000 liter per bulan. Kasus ini menjadi gambaran nyata bagaimana konsumsi air tanah yang berlebihan dapat memicu krisis air bersih.  

Salah satu poin utama dalam seminar ini adalah pentingnya pengelolaan air yang bijak. Dibahas pula perbandingan antara air hujan, air tanah, dan air sumur, di mana air tanah sering kali mengandung partikel berbahaya akibat limbah domestik dan industri.  


Selanjutnya, peserta seminar disajikan video dokumenter *"Menambang Langit"*, yang menggambarkan perjuangan masyarakat dalam mendapatkan air bersih serta cara-cara pengelolaan air yang efisien.  

Bu Ning memperkenalkan konsep 5M, yaitu *Menampung, Mengolah, Minum, Menabung, dan Mandiri*. Proses penampungan air hujan yang baik memerlukan wadah bersih yang tertutup rapat dan terlindung dari sinar matahari. Sebelum ditampung, air hujan sebaiknya dibiarkan turun selama 10-15 menit agar partikel polusi tidak ikut terkumpul.  Analisis Kualitas Air Hujan .


Dalam sesi ini, dijelaskan kandungan kimia dan fisika air hujan berdasarkan standar Kementerian Kesehatan tahun 2017. Secara mikrobiologi, air hujan tidak mengandung bakteri *E. coli*. Kemudian, dilakukan demonstrasi penggunaan alat elektrolisa air hujan untuk memisahkan kandungan asam dan basa dalam air hujan. Air dengan kandungan basa dapat dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, sementara air dengan kandungan asam dapat dimanfaatkan untuk pengobatan luar. 


Peserta yang terdiri dari guru-guru yang sebelumnya diminta membawa sampel air dari rumahnya masing-masing melakukan pengecekan menggunakan alat *TDS Tester*. Hasil menunjukkan bahwa air sumur memiliki kandungan partikel tinggi, dengan rata-rata di atas 100ppm, sementara air hujan hanya 3 ppm, yang menunjukkan tingkat kemurnian yang lebih tinggi.  

Dalam sesi tanya jawab, Pak Gushari mengajukan pertanyaan mengenai status air hujan sebagai air sadar serta kandungan karbonat dan bikarbonatnya. Bu Ning menjelaskan bahwa air hujan memiliki kandungan mineral yang sangat sedikit dan dapat dikategorikan sebagai air mineral dengan paparan minimal.  


Sebagai penutup, para guru dibagi menjadi empat kelompok untuk melakukan praktik pemasangan alat penampungan air hujan dan alat elektrolisa air hujan. Antusiasme para peserta terlihat jelas dalam sesi ini, di mana mereka aktif berdiskusi dan mencoba alat-alat yang disediakan.  


Komite Sekolah, Sudarsono, S.H., M.Hum., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan inisiatif sekolah dan komite akan membuat satu rujukan alat sebagai contoh edukasi bagi guru, siswa, dan orang tua. "Semoga kegiatan ini membawa berkah dan menjadi panutan bagi orang tua siswa. Adanya air hujan ini diharapkan dapat memberikan kesehatan dan keberlimpahan rezeki bagi kita semua. Saya juga berterima kasih kepada Bu Ning dari Banyu Bening yang telah berbagi edukasi dengan kami. Semoga ilmu ini bisa kami teruskan kepada masyarakat luas," ungkapnya.  


Sementara itu, Kepala Sekolah, Sihono, S.Pd, menegaskan pentingnya implementasi alat pemanen air hujan di sekolah. "Diharapkan sekolah dapat membuat alat ini sebagai contoh bagi guru dan orang tua siswa di rumah, dimulai dari pemasangan talang hingga instalasinya. Mungkin nanti bisa dikembangkan di beberapa tempat di setiap jurusan," ujarnya.  


Seminar ini memberikan wawasan berharga bagi para peserta tentang pentingnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air murni satu2nya di Bumi. Diharapkan, melalui kegiatan ini, SMKN 5 Yogyakarta dapat menjadi pelopor dalam pengelolaan air hujan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

( Kontributor.Ainaya Nurfadila ) Awak Media.Inung Ali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar